
Bantul (MIN 3 Bantul), Gerakan Literasi Sekolah adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Gerakan Literasi Sekolah merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Pendidikan di sekolah pada dasarnya tidak dimaksudkan mencetak anak agar bisa mendapatkan nilai tinggi di akhir pelajaran, ini yang sering dilupakan guru. Tujuan pendidikan adalah membentuk anak berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia. Kegiatan membaca, yang berujung pada siswa yang gemar membaca, merupakan sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Maka selayaknya setiap fase kegiatan belajar-mengajar (KBM) di sekolah didominasi oleh kegiatan membaca (literasi).
Kesukaan pada sesuatu yang imajinatif, mengasah kreativitas, membangkitkan emosi, dan pelbagai hal abstrak lainnya, tidak akan tersalurkan jika hanya menekuni buku pelajaran. Siswa harus membaca buku fiksi jika ingin merasakan dan mengalami sesuatu di luar pikiran kognitifnya. Buku fiksi, antara lain berbentuk novel, cerita pendek (cerpen), puisi, dan naskah drama, diyakini dapat membentuk karakter manusia. Berpijak dari hal tersebut, MIN 3 Bantul mengajak seluruh keluarga besarnya, baik guru, karyawan sampai para peserta didik untuk meningkatkan potensi diri melalui kegiatan literasi dengan mengikuti Festival Literasi Bantul yang diadakan oleh GMB-Indonesia dan didukung oleh Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Bantul. Festival Literasi Bantul berupaya untuk memfasilitasi seluruh siswa dan guru jenjang SD, SMP, dan SMA sederajat untuk meningkatkan keterampilan berliterasi dan berkarya dengan menulis puisi, cerpen, serta penerbitan buku antologi bersama.
Kepala MIN 3 Bantul, Dra. Hanik Nurul Hidayah, M. S. I. menyatakan bahwa ruh pembelajaran di Madrasah saat ini ada pada rasa ingin tahu yang dimiliki peserta didik. Apabila rasa ingin tahu sudah terbentuk di kalangan mereka, maka secara otomatis kegiatan literasi akan berjalan dimulai dari membaca, melihat, dan menyimak yang nantinya akan menuju ke tingkat menulis dan berbicara. Demi mewujudkan hal tersebut, maka MIN 3 Bantul mencanangkan program membuat antalogi buku puisi untuk siswa-siswi dan menulis artikel untuk guru yang nantinya akan diikutkan dalam perlombaan di Festival Literasi bantul
Kegiatan menulis puisi ini alhamdulillah mendapatkan respon positif di kalangan peserta didik dan orang tua, karena selain menjadi media belajar, kegiatan ini diharapkan menjadi salah satu kenangan karya berupa buku di kemudian hari. Menurut guru koordinator lomba, Hajar Utami, S. Pd. Bahwa sampai saat ini sudah lebih dari 90 % dari 292 peserta didik MIN 3 Bantul yang sudah menulis karya berupa puisi. Harapannya semoga salah satu diantara karya siswa dan guru ada yang berhasil menjadi juara sehingga semakin meningkatkan semangat untuk berprestasi dan terus menulis. Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian (Pramoedya Ananta Toer). (Agassa)